Selasa, 14 Desember 2010

remaja

Pendahuluan
Kata pengantar
Denngan menyebut naman allah SWT  saya menyelesaikan makalah inn guna memenuhi tugas dari “ psikologi komunikasi “ dan membantu kawan-kawan untuk menambah pengetahuan tentang gimana itu remaja.Jadi secara singkat remaja adalah jembatan yang menyambungkan  dari anak-anak menuju dewasa, dimana remaja menentukan arah kemana masa dewasa kita. Makanya remaja juga disebut masa coba-coba untuk pencarian jati diri. Jadi harapan saya agar supaya makalah yang saya buat bias menambah pengetahuan tentang remaja dan bias mengetahui bagaimana cara menghadapi seorang remaja.


Dalam istilah remaja sangatlah fital dengan yang namanya pencarian jati diri , jadi seorang remaja sukanya coba-coba , dalam istilah kenakalan remaja
Kenakalan Remaja...

Konsep awal pengadilan anak pertama sekali tertera dalam draf Code Napoleon (1793) yang merupakan draf undang-undang Pemerintahan Perancis yang terdiri dari 5 aturan perundangan, termasuk salah satunya adalah undang-undang kriminilitas. Peraturan tersebut kemudian menuai protes dan terjadinya revolusi Perancis di beberapa tempat di negara itu

House of Refuge merupakan institusi pertama sekali yang dibangun di New York pada tahun awalnya adalah memisahkan pelaku kirminal anak dengan orang dewasa, seiring perkembangan waktu pada pertengahan abad 19 institusi itu juga menerima anak-anak dependent


Kenakalan Remaja

Pelbagai permasalahan yang muncul dari kenakalan remaja sangat kompleks sifatnya, permasalahan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan banyak faktor-faktor yang berdiri dan saling mengikat. Oleh sebab itu, penyebab dan latar belakang kemunculan kenakalan remaja itu melibatkan banyak elemen dan komponen didalamnya. Timbulnya kenakalan remaja tidak dapat disalahkan hanya personal remaja saja, melainkan keluarga, masyarakat dan bahkan negara juga mempunyai andil dalam membentuk terjadinya kenakalan remaja.

Kenakalan remaja sering disebut dengan istilah juvenile delinquent, dimana awalnya dipersepsikan sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh remaja yang melanggar aturan-aturan sosial. Selanjutnya remaja tersebut mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang itu.

Perilaku menyimpang merupakan masalah sosial karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Besarnya harapan-harapan masyarakat (social expectation) yang tidak sesuai dengan kenyataan dapat menimbulkan keresahan, dan dapat dianggap sebagai sumber masalah karena membahayakan tegaknya sistem sosial.

Kenakalan remaja sering disebut juga sebagai anak cacat sosial (Kartono, 1988), disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Perilaku mereka cenderung anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama. Beberapa dari kenakalan itu sendiri mengarah pada tindakan kejahatan remaja (juvenile crime).

Disebut sebagai kenalan remaja, bila bentuk perilaku kenakalan itu dilakukan oleh remaja, sementara bila perilaku-perilaku tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka disebut dengan kejahatan.


Bentuk Kenakalan Remaja

Saat ini kenakalan remaja sudah cukup meresahkan, permasalahan yang timbul sudah sangat serius, beberapa kenakalan yang dilakukan remaja lebih menjurus pada tindakan kriminal.

Kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum
(2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. (Gumarso,1988)

Pelbagai bentuk kenakalan remaja;


1. Kenakalan pelanggaran norma,
Berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit, keluyuran, begadang, buang sampah sembarangan, graffiti (mencoret-coret dinding), merokok

2. Kenakalan pelanggaran moralitas
Aborsi, pacaran, menonton, melihat atau membaca hal-hal yang mengandung pornografi, minum-minuman keras, hubungan seks pranikah, seks bebas, pelacuran remaja, berjudi

3. Pelanggaran aturan, dan tata tertib
Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM, kebut-kebutan/mengebut, membolos sekolah, berkelahi dan tawuran,

4. Kenakalan khusus yang mengarah pada kejahatan kriminal;
Pembunuhan, penganiayaan, penipuan dan penggelapan, pencurian, pemerasan, menodong, pemerkosaan, dan kejahatan Narkotika, termasuk didalamnya memakai dan mengedarkan narkotika





Faktor Resiko

Kenakalan remaja akan membawa resiko bagi remaja itu sendiri, kerugian-kerugian yang akan berdampak buruk bagi perkembangan individu baik secara mental psikologis dikemudian hari.

- Gangguan kepribadian antisosial
- Penjara karena tindakan kriminalitas
- Kematian yang diakibatkan narkotika, perkelahian,
- Cacat fisik atau bahkan kematian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas
- Penyakit akibat hubungan seksual, kehamilan yang tidak diharapkan, atau kematian yang disebabkan proses aborsi yang tidak aman
- Putus sekolah

- Kehilangan masa depan
- Penolakan komunitas, atau dikucilkan masyarakat
- Dan sebagainya



Faktor Penyebab

A. Faktor Eksternal


1. Faktor Keluarga
Akhlak anak dibentuk bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebagian besar waktunya dihabiskan dalam lingkungan keluarga. Anak belajar dari sikap dan perilaku kedua orangtuanya. Sebagian besar kenakalan remaja Ini dipengaruhi oleh pendidikan di rumah. Beberapa hal dalam rumahtangga yang berpengaruh;

- Rendahnya pendidikan agama dalam rumahtangga, fungsi kedua orangtua gagal dalam menunjukkan tabiat dan akhlak yang sesuai dengan nilai agama. Misalnya saja; anak diharuskan shalat oleh orangtua akan tetapi sang anak tidak pernah melihat kedua orangtuanya sholat
- Status ekonomi yang rendah mengakibatkan kedua orangtuanya mesti bekerja keras sehingga anaknya tidak mendapatkan kebutuhan kasih-sayang yang cukup
- Perilaku kedua orangtua sendiri yang tidak bermoral
- Kedua orangtuanya lebih mementingkan kerja atau pekerjaan dibandingkan mengontrol dan mengawasi anak-anaknya
- Keluarga broken home.


2. Faktor Sekolah
Hampir separuh waktu anak remaja dihabiskan di sekolah dalam seharinya, pendidikan sekolah yang tidak tepat akan berdampak pada timbulnya kenakalan pada remaja;

- Penerapan disiplin yang tidak sesuai atau terlalu longgar
- Orangtua yang tidak peduli dengan tingkat kemajuan yang diperoleh anak di sekolah
- Guru yang tidak mau tahu masalah yang dihadapi oleh siswanya
- Orientasi sekolah yang tidak tepat terhadap perkembangan anak didik, termasuk didalamnya tidak adanya guru konselor, tenaga profesional atau psikolog di sekolah tersebut
- Sistem pendidikan yang rumit mengekang kebebasan siswa dalam berekspresi sewajarnya, termasuk di dalamnya jam belajar terlalu panjang, tugas menumpuk, pelajaran yang sulit yang kesemuanya membutuhkan konsentrasi penuh sehingga membuat siswa semakin tegang, akibatnya siswa menyalurkan melalui agresivitas


3. Lingkungan sekitarnya
Remaja banyak belajar dari lingkungan sekitarnya, sebagai lingkungan bermain remaja cepat beradaptasi dan belajar dari orang-orang sekitarnya.

- Lingkungan sekitar yang permisif terhadap perjudian
- Lingkungan yang permisif terhadap prostitusi, kumpul kebo, atau seks bebas
- Lingkungan yang penuh dengan hura-hura, hiburan
- Event lainnya yang sarat dengan pendangkalan moral, misalnya hari kasih sayang, pemilihan ratu sejagat, dan sebagainya
- Pengaruh dari teman


4. Instansi dan negara
Banyak instansi terkait pada dasarnya memberikan kontribusi negatif terhadap perkembangan remaja, namun demikian dengan mempertimbangan hal keuntungan atau kerugian mengesampingkan pesan-pesan moral yang salah pada remaja

- Televisi, sejak kemunculannya televisi pertama sekali para ahli sudah menduga pengaruh buruk dari media tersebut
- Kontrol pemerintah yang rendah terhadap penyebaran pornografi melalui media cetak, televisi ataupun internet
- Pejabat yang korup telah memakan dana yang seharusnya dapat digunakan untuk pengembangan ketrampilan generasi muda melalui bakat, ketrampilan ataupun hobbinya
- Kurangnya kampanye pemerintah yang sinergi terhadap kebutuhan remaja yang sehat
- Penyediaan prasarana bagi remaja yang kurang, misalnya penyediaan sarana olahraga, taman yang nyaman, perpustakaan dan sebagainya
- Minimnya lembaga yang menangani permasalahan remaja
- Keengganan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan
- Undang-undang pendidikan yang tidak terencana secara sistematis dan fleksibelitas yang berguna secara positif kepada remaja.

- Instansi tertentu yang berkepentingan atau terlibat dalam penyuguhan iklan, poster, reklame yang tidak mendidik atau memberikan pengaruh buruk terhadap persepsi remaja.


B. Faktor Internal

1. Remaja dengan self control rendah
Pada masa remaja terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang sejalan, kesemuanya membutuhkan bimbingan, pengetahuan dan perilaku yang bijaksana dalam menghadapi fase tersebut. Kontrol diri merupakan hal yang penting sebagai dalam menghadapi perubahan pesat sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Remaja dapat bersikap rasional dan tidak bersikap instinktif karenanya.

2. Self concept yang salah
Masa remaja sering disebut sebagai masa pencarian identitas, penerapan konsep ini mengakibatkan pembenaran perilaku tertentu sebagai cara-cara pencarian jati diri. Tepatnya adalah masa remaja merupakan masa pembinaan diri karena masa pencarian jati diri itu sudah dilewati pada masa kanak-kanak. Pada awalnya bayi akan ikut menangis bila melihat teman bayi itu menangis, konsep ini berubah setelah sang anak mengerti bahwa orang lainlah yang menangis dan bukan dirinya yang harus menangis juga. Nah, jadi dapat dimengerti bahwa masa remaja merupakan jembatan penting dalam menghadapi masa depan yang lebih baik

3. Dasar Kepribadian
Kenakalan yang terbentuk sejak awal memasuki remaja, artinya memang sejak awal kepribadian anak sudah memang terbentuk dalam keadaan yang rusak, serta penyakit-penyakit hati yang menyertainya. Hal inilah yang sangat sulit mengubah perilaku anak tersebut.

4. Malas secara emosional
Anak yang malas secara emosional hanya mau bersenang-senang saja, tidak mau bekerja keras, bersikap semata untuk menghibur diri. Dalam kesehariannya tidak sabar, keras kepala dan tidak mau peduli dengan orang lain. Remaja seperti ini lebih menyukai mengisi waktu luang dengan hura-hura dibandingkan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat.
Diposkan oleh Sukma Wardana